Ini Tugas Kelas 9, kalian tahu gak musik keroncong???, kalau gak tahu ini penjelasannya, baca ya dengan teliti.
Daftar isi
2. Daftar Isi
3. Pendahuluan
3.1.Tentang Musik Kerocong
3.2.Rumusan Masalah
3.3.Tujuan
4. Isi
4.1.Pengertian
Musik Keroncong
4.2.Jenis
keroncong
4.3.Perkembangan musik keroncong masa
kini
4.4.Masa
keroncong tempo doeloe (1880-1920)
4.5.Masa
keroncong abadi (1920-1960)
4.6.Masa
keroncong modern (1960-2000)
4.7.Masa
keroncong millenium (2000-kini)
4.8.Alat-alat musik
4.9.Tokoh keroncong
4.10.
Fado, Gereja Protestan dan musik keroncong
4.11.
Gambar
pertunjukan keroncong
5. Penutup
5.1.Kesimpulan
5.2.Penutup
Pendahuluan
3.1. Tentang
musik keroncong
Musik keroncong
merupakan salah satu jenis musik unisono yang akan kami pelajari di kelas IX
ini. Musik keroncong awalnya dimainkan dengan diiringi alat musik dawai.
3.2. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian musik keroncong?
2.
Apa
saja jenis keroncong?
3.
Bagaimana perkembangan musik
keroncong masa kini?
4.
Bagaimana masa keroncong tempo doeloe
(1880-1920)?
5.
Bagaimana masa keroncong abadi (1920-1960)?
6.
Bagaimana masa keroncong modern (1960-2000)?
7.
Bagaimana masa keroncong millenium
(2000-kini)?
8.
Apa saja alat-alat music keroncong?
9.
Siapa saja tokoh keroncong?
10.
Apa itu Fado, Gereja Protestan dan musik keroncong?
11. Bagaimana gambar pertunjukan keroncong?
3.3. Tujuan
1.
Mencari tahu pengertian musik keroncong
2.
Mencari tahu saja
jenis keroncong
3.
Mencari tahu
perkembangan musik keroncong masa kini
4.
Mencari tahu masa
keroncong tempo doeloe (1880-1920)
5.
Mencari tahu masa
keroncong abadi (1920-1960)
6.
Mencari tahu masa
keroncong modern (1960-2000)
7.
Mencari tahu masa
keroncong millenium (2000-kini)
8.
Mencari tahu saja alat-alat
music keroncong
9.
Mencari tahu tokoh
keroncong
10.
Mencari tahu Fado, Gereja Protestan dan musik keroncong
11. Mencari tahu gambar
pertunjukan keroncong
4.1. Pengertian Musik Keroncong
Keroncong
adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan sejenis
musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik
hingga akhir abad ke-16, di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para
budak dan opsir Portugis dari daratan India (Goa), Tugu (tempat berdirinya padrao
Sunda-Portugis) serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang
diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur
tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini
sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung
Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian
meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang
sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun
demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai
lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.
4.2. Jenis keroncong
Musik
keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan.
Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong,
yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami
alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup
menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga
konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran
serta adaptasi.
4.3. Perkembangan musik keroncong masa kini
Setelah
mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang Portugis di Indonesia
(1522) dan permukiman para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661 , dan
ini merupakan masa evolusi awal
musik keroncong yang panjang (1661-1880), hampir dua abad lamanya, namun
belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan suara crong-crong-crong,
sehingga boleh dikatakan musik
keroncong belum lahir tahun 1661-1880.
Dan
akhirnya musik keroncong mengalami
masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga
tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu perkiraan
perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada tahun
1879 di saat penemuan ukulele di Hawai yang segera
menjadi alat musik utama dalam keroncong (suara ukulele: crong-crong-crong),
sedangkan awal keroncong millenium sudah ada tanda-tandanya, namun belum
berkembang (Bondan Prakoso).
Empat tahap masa perkembangan
tersebut adalah:
(a) Masa keroncong tempo doeloe
(1880-1920),
(b) Masa keroncong abadi
(1920-1960), dan
(c) Masa keroncong modern
(1960-2000), serta
(d) Masa keroncong millenium
(2000-kini)
4.4. Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920)
Ukulele
ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, sehingga diperkirakan pada tahun
berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di daerah Tugu kemudian
menyebar ke selatan daerah Kemayoran dan Gambir (lihat ada lagu Kemayoran dan
Pasar Gambir, sekitar tahun 1913). Komedie Stamboel
1891-1903 lahir
di Kota Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa Pentas Gaya Instanbul,
yang mengadakan pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya
lewat jalur kereta api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi
Cerita 1001 Malam (Arab) dan Cerita Eropa (Opera maupun Rakyat), termasuk
Hikayat India dan Persia. Sebagai selingan, antar adegan maupun pembukaan,
diperdengarkan musik mars, polka, gambus, dan keroncong. Khusus musik keroncong
dikenal pada waktu itu Stambul I, Stambul II, dan Stambul III.
Pada
waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120 untuk satu ketuk seperempat
nada), di mana Warga Kampung Tugu maupun Kusbini menyebut sebagai Keroncong
Portugis, sedangkan Gesang menyebut sebagai Keroncong
Cepat, dan berbaur dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal
para musisi Indo, dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi (perhatikan
rekaman Idris Sardi main biola lagu Stambul II
Jali-jali berdasarkan aransemen dari M. Sagi). Seperti diketahui bahwa panjang
lagu stambul adalah 16 birama, yang terdiri atas.
a.Stambul I:
Lagu
ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi, Nina Bobo, Sarinande, O Ina Ni Keke,
Bolelebo, dll. dengan struktur bentuk A - B - A - B atau A - B - C - D (16
birama):
·
|I , , , |, , , , |, , , , |V7, , ,
|
·
|, , , , |, , , , |, , , , |I , , ,
|
·
|I7, , , |IV, , , |, , V7, |I , , ,
|
·
|, , , , |V7, , , |, , , , |I , , ,
||
b.Stambul II:
Lagu
ini misalnya Si Jampang, Jali-Jali, di mana masuk pada Akord IV sebagai ciri
Stambul II dengan struktur A - B - A - C (16 birama):
·
|I . . . |. . . . |. . . . |IV, , ,
| (tanda . artinya tacet)
·
|, , , , |, , , , |, , V7, |I , , ,
|
·
|, , , , |, , , , |, , , , |V7, , ,
|
·
|, , , , |, , , , |, , , , |I , , ,
||
c.Stambul III:
Lagu
ini misalnya Kemayoran, di mana mirip dengan Keroncong A sli sehingga sering
salah diucapkan dengan Kr. Kemayoran, yang seharusnya Stambul III Kemayoran,
dengan struktur Prelude - A - Interlude - B - C (16 birama):
·
Pr|I , , , |, , , , | Prelude 2 birama
·
A1|, , , , |, , , , |
·
A2|II#, , ,|V7, , , | Modulasi 2
birama
·
In|, , , , |IV, , , | Interlude 2 birama
·
B1|, , , , |I , , , |
·
B2|V7, , , |I , , , |
·
C1|, , , , |, , , , |
·
C2|V7, , , |I , , , ||
Musiq Losquin Makassar: Dari periode tempo doeloe ini
lahir pula di Makassar bentuk keroncong khas yang dikenal sebagai musiq
losquin'. Irama keroncong ini, tanpa seruling-biola-cello, tetapi dengan melodi
guitar yang kental, mirip seperti gaya Tjoh de Fretes dari Ambon. Kalau
kita hubungkan kesemua ini, maka ada garis kesamaan dengan Orkes Keroncong
Cafrino Tugu (Kr. Pasar Gambir) – Orkes Keroncong Lief Java (Kr. Kali Brantas)
– Losquin - Orkes Hawaian Tjoh de Fretes (Pulau Ambon), yaitu gaya era
tempo doeloe dengan irama yang cepat sudah dengan kendangan cello dan
dengan guitar melodi yang kental.
4.5. Masa keroncong abadi (1920-1960)
Pada
masa ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 birama, akibat pengaruh musik
pop Amerika yang melanda lantai dansa Hotel2 di Indonesia pada waktu itu,
dengan musisi didominasi dari Filipina (spt Pablo, Sambayon, dll), dan
berakibat juga lagu pada waktu itu telah 32 birama juga, perhatikan lagu
Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pada waktu itu juga sudah 32 birama.
Selanjutnya pusat perkembangan beralih ke timur mengikuti jaringan kereta api
melalui Solo dan iramanya juga lebih lamban (sekitar 80 untuk seperempat nada)
dengan kendangan cello mirip kendangan gamelan, dan permainan gitar melodi
mirip alunan siter musik gamelan yang kontrapuntis. Masa ini lahir para musisi
Solo, seperti Gesang dan penyanyi legendaris Annie Landouw. Lagu Keroncong Abadi terdiri atas:
Langgam Keroncong, Stambul Keroncong, dan Keroncong Asli.
a.Langgam Keroncong
Bentuk
lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A - A - B - A dengan pengulangan dari
bagian A kedua seperti lagu standar pop: Verse A - Verse A - Bridge B - Verse
A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua, yakni pengulangannya
langsung pada bagian B. Meski sudah memiliki bentuk baku, namun pada
perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam
lagu-lagu non keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan
tetap dinamakan langgam. Alur akord-nya sebagai berikut:
·
Verse A | V7 , , , |I , , , | IV ,
V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
·
Verse A |V7 , , , | I , , , | IV ,
V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
·
Bridge B |I7 , , , |IV , , , | IV ,
V , | I , , , | I , , , | II# , , , | II# , , , | V , , ,|
·
Verse A |V7 , , , |I , , , | IV , V7
, | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
b.Stambul Keroncong:
Stambul
Keroncong berbentuk (A-B-A-B') x 2 = 16 birama x 2 = 32 birama, merupakan
modifikasi Stambul II yang 16 birama menjadi 32 birama (menyesuaikan standar
Keroncong Abadi yang 32 birama). Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya
diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh
awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi stambul. Nama
"stambul" diambil dari Istambul di Turki.
Alur akord Stambul Keroncong adalah
sebagai berikut. (tanda - adalah tacet atau iringan tidak dibunyikan):
·
|I - - - | - - - - | - - - - |IV , ,
, | dibuka dg broken chord I utk mencari nada
·
|IV , , , |IV , , , |IV , V ,|I , ,
, |
·
|I , , , |I , , , |I , , , |V , , ,
|
·
|V , , , |V , , , |V , , , |I , , ,
|
·
|I , , , |I , , , |I , , , |IV , , ,
| 16 birama ini pengulangan dari 16 birama pertama atau sama
·
|IV , , , |IV , , , |IV , V , |I , ,
, |
·
|I , , , |I , , , |I , , , |V , , ,
|
·
|V , , , |V , , , |V , , , |I , , ,
|
c.Keroncong Asli
Keroncong
asli memiliki bentuk lagu A - B - B'. Lagu terdiri atas 8 baris, 8 baris x 4
birama = 32 birama, di mana dibuka dengan PRELUDE 4 birama yang dimainkan
secara instrumental, kemudian disisipi INTERLUDE standar sebanyak 4 birama yang
dimainkan secara instrumental juga. Keroncong asli diawali oleh voorspel atau prelude,
atau intro yang diambil dari baris 7 (B3) mengarah ke
nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik melodi seperti
seruling/flut, biola, atau gitar; dan tussenspel atau interlude atau intermezzo di
tengah-tengah setelah modulasi/modulatie/modulation yang
standar untuk semua keroncong asli: Alur akordnya seperti tersusun di bawah
ini:
·
(A1) | I , , , | I , , , | V , , , |
V , , , |
·
(A2) |II# , , , | II# , , , | V , ,
, | Modulasi merupakan ciri keroncong asli sebanyak 4 birama
·
In |V , , , | V , , , | V , , , |IV
, , , | Interlude 4
birama untuk semua lagu menjadi standar
·
(B1) | IV , , ,| IV , , ,|V7 , , , |
I , , , |
·
(B2) |I , , , | V7 , , , | V7 , , ,
| I , I7 , |
·
(B3) |IV , V7 , |I , I7 , | IV , V7
, |I , , , |
·
(B2) | I , , , | V7 , , , | V7 , ,
,| I , , , |
d.Kadensa
Keroncong
Dalam
Teori Musik Klasik dikenal 4 (empat) jenis Kadensa, di mana Kadensa adalah
suatu rangkaian harmoni sebagai penutup pada akhir melodi atau di tengah
kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup
(sementara) melodi tersebut. Sedangkan Tierce de Picardy boleh dimasukan dalam
Kadensa, dan pada Masa Keroncong Abadi tercipta satu Kadensa baru, disebut
Kadensa Keroncong dengan rangkaian penutup I-I7-IV-V7-I.
1. Kadensa
dengan rangkaian V7-I disebut sebagai Kadensa Sempurna, karena sempurna menutup rangkaian tersebut dan
terasa berhenti sempurna.
2. Tetapi
kalau akord X-V7 menjadi akhir rangaian, maka disebut Kadensa Tidak Sempurna atau
Setengah Kadensa, misalnya rangkaian Super Tonik - Dominan Septim.
3. Kalau
rangkaian harmoni diakhiri pada X-VI, maka disebut Kadensa Terputus, misalnya Doninan Septim - Submedian.
4. Dalam
rangkaian IV-I disebut Kadensa
Plagal, mempunyai sifat sendu seperti kalau kita mengucap "Amin"
dalam salat.
5. Lagu
kunci minor ditutup pada kunci mayor, disebut Tierce de Piecardy, jadi sebenarnya bukan kadensa, namun biasanya
dipakai dalam akhir lagu
6. Kadensa Keroncong, khusus dikembangkan dalam musik
keroncong, yaitu rangkaian harmoni I7-IV-V7-I
Ismail Marzuki (1914-1958) Komponis Ismail Marzuki
termasuk hidup dalam Era Keroncong Abadi, namun lagu-lagunya sangat
modern pada zamannya, misalnya Sepasang Mata Bola ditulis
dalam kunci minor sehingga dapat dinyanyikan dengan iringan keroncong
seperti keroncong beat (1958).
e.Gambang
Keromong
Gambang
Keromong adalah salah satu gaya keroncong yang dikembangkan oleh Etnis Tionghoa
(gambang adalah alat musik bilah kayu seperti marimba, sedangkan keromong
adalah istilah lain dari kempul) yang dikembangkan sekitar tahun 1922 di
Kemayoran Jakarta (tanjidor), namun kemudian berkembang di Semarang sekitar
tahun 1949 (ingat lagu Gambang Semarang - Oey Yok Siang). Sebenarnya Gambang
Keromong yang lahir pada Masa Keroncong Abadi 1920-1960 adalah cikal bakal
Campursari yang lahir pada Masa Keroncong Modern.
f.Masa
Keemasan (The
Golden Age).
Pada tahun 1952, Radio Republik Indonesia
(RRI) menyelenggarakan perlombaan Bintang Radio dengan 3 jenis, Keroncong,
Hiburan dan Seriosa. Di sanmping itu juga dilombakan mencipta lagu keroncong,
salah satu pememnag adalah Musisi Kusbini dengan lagu Keroncong Pastoral. Pada
masa akhir dari Keroncong Abadi (1920-1960) ini merupakan Masa Keemasan (Golden
Age) bagi musik keroncong.
4.6. Masa keroncong modern (1960-2000)
Perkembangan
keroncong masih di daerah Solo dan sekitarnya, namun muncul berbagai gaya baru
yang berbeda dengan Masa Keroncong Abadi (termasuk musisinya), dan merupakan
pembaruan sesuai dengan lingkungannya.
Mulai Masa keroncong modern (1960-2000) semua aturan baku (pakem) Musik Keroncong tidak berlaku,
karena mengikuti aturan baku (pakem) Musik Pop yang berlaku universal, misalnya tangga
nada minor, moda pentatonis Jawa/Cina, rangkaian harmoni diatonik
dan kromatik, akord disonan, sifat politonal atau
atonal (pada campursari), tidak megenal lagi pakem bentuk keroncong
asli atau stambul, ada irama nuansa dangdut (congdut),
mulai tahun 1998 musik rap mulai masuk (Bondan Prakoso), dan
lain sebagainya.
a.Langgam Jawa
Bentuk
adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang
dimaksud di sini. Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada penambahan instrumen
antara lain siter, kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala
kendang), saron, dan adanya bawa atau suluk berupa
introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai secara
utuh. Tahun 1968 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.
Umumnya
mempunyai struktur lagu pop yaitu A - A - B - A atau juga A - B - C - D dangan
jumlah 32 birama. Lagu Langgam Jawa yang terkenal pada tahun 1958 adalah
ciptaan Anjar Any (1936-2008): Yen Ing Tawang
Ana Lintang (Tawang dalam Bahasa Jawa berarti: awang-awang, langit,
dan makna lain nama suatu desa di Magetan, Kalau di Langit Ada Bintang).
Langgam Jawa menjadi terkenal oleh Waljinah yang pernah sebagai juara
tingkat sekolah SMP di RRI Solo tahun 1958.
b.Keroncong Beat
Dimulai
oleh Yayasan Tetap Segar pimpinan Rudi
Pirngadie,
di Jakarta pada tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat pop (mau melangkah
lebih bersifat universal). Pada waktu itu Idris Sardi ikut tur ke New York
World's Fair Amerika Serikat dengan biola tahun 1964 dengan
maksud mau memperkenalkan lagu pop barat (I left my heart in San Fransico,
pada waktu itu tahun 1964 lagu ini merupakan salah satu hit di dunia) dengan
iringan keroncong beat, namun dia kena denda melanggar hak cipta akibat tanpa izin.
Dengan
Keroncong Beat maka berbagai lagu (bukan dengan rangkaian harmoni keroncong,
termsuk kunci Minor) dapat dinyanyikan seperti La Paloma, Monalisa, Widuri,
Mawar Berduri, dll.
c.Campur Sari
Di
Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun 1968 Manthous memperkenalkan gabungan alat
gamelan dan musik keroncong, yang kemudian dikenal sebagai Campursari. Kini
daerah Solo, Sragen, Ngawi, dan sekitarnya, terkenal sebagai
pusat para artis musik campursari.
d.Keroncong Koes-Plus
Koes Plus dikenal sebagai perintis musik
rock di Indonesia, pada sekitar tahun 1974 juga berjasa dalam musik keroncong
yang rock. Keroncong Pertemuan adalah Keroncong Koes Plus dengan struktur
bentuk campuran (dalam bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris Combine form)
antara Stambul II dan langgam Keroncong.
e.Keroncong Dangdut (Congdut)
Keroncong
dangdut (Congdut) adalah jawaban atas derasnya
pengaruh musik dangdut dalam musik populer di
Indonesia sejak 1980-an. Seiring dengan menguatnya campur sari di pentas musik
populer etnis Jawa, sejumlah musisi, konon dimulai dari Surakarta, memasukkan unsur beat dangdut
ke dalam lagu-lagu langgam Jawa klasik maupun baru. Didi Kempot adalah tokoh utama gerakan
pembaruan ini. Lagu-lagu yang terkenal antara lain Stasiun Balapan, Sewu Kuto.
Masa Kejayaan Musik Keroncong. Pada Masa
Keroncong Modern adalah Masa Kejayaan Musik Keroncong, di mana terdengar di
mana-mana musik Langgam Jawa, Keroncong Beat, Campursari, koes Plus dan
terakhir dengan Congdut dari Didi Kempot, hingga ke Suriname dan Belanda
(2004-2008). Rupa-rupanya ini merupakan puncak kejayaan Musik Keroncong,
sehingga Gesang khawatir bahwa Keroncong Akan Mati (2008, ucapan dia sebelum
wafat).
4.7. Masa keroncong millenium (2000-kini)
Walaupun
musik keroncong di era millenium (tahun 2000-an) belum menjadi bagian dari
industri musik pop Indonesia, tetapi beberapa pihak masih mengapresiasi musik
keroncong. Kelompok musik Keroncong Merah Putih[, kelompok keroncong
berbasis Bandung masih cukup aktif melakukan pertunjukan. Selain itu, Bondan Prakoso dan grupnya Bondan Prakoso
& Fade 2 Black, menciptakan komposisi berjudul "Keroncong Protol"
yang berhasil memadukan musik gaya rap dengan musik latar belakang irama
keroncong. Pada tahun 2008 @ Solo International Keroncong Festival, Harmony Chinese
Music Group membuat suasana lain dengan memasukan unsur alat musik
tradisional Tionghoa dan menamainya sebagai Keroncong Mandarin .
4.8. Alat-alat musik
Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai,
seperti biola, ukulele,
serta selo. Perkusi juga
kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu,
bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis
dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara,
yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang
Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat
perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi
dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.
Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran,
dengan alat-alat musik seperti
Saat ini, alat musik
yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup:
·
ukulele cuk,
berdawai 3 (nilon),
urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan
tahun 1879 di Hawai,
dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
·
ukulele cak, berdawai 4 (baja),
urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C,
cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
·
biola (menggantikan
Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona
Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga
sekarang;
·
flute (mengantikan
Suling Bambu), pada Era Tempo
Doeloe memakai Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan
klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara
lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny
Waluyo dari Jakarta);
·
selo;
betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona
Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;
·
kontrabas (menggantikan
Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona
Itali 1600 membuatnya;
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis
dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi
sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan
atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal
serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di
pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock,
polka, mars).
4.9.Tokoh keroncong
Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar
dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang.
Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun
dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik
keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal
adalah(lagu)|Bengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki
"Buaya Keroncong" oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar
musik keroncong. Gesang menyebut irama keroncong pada MASA STAMBUL (1880-1920),
yang berkembang di Jakarta (Tugu , Kemayoran, dan Gambir) sebagai Keroncong
Cepat; sedangkan setelah pusat perkembangan pindah ke Solo (MASA KERONCONG
ABADI: 1920-1960) iramanya menjadi lebih lambat.
Asal muasal sebutan "Buaya Keroncong" untuk Gesang
berkisar pada lagu ciptaannya, "Bengawan Solo". Bengawan Solo adalah nama sungai yang berada di
wilayah Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu di habitanya nyaris tak
terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian semacam itulah
yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai "Buaya Keroncong".
Di sisi lain nama Andjar Any (Solo, pencipta Langgam Jawa lebih
dari 2000 lagu yang meninggal tahun 2008) juga mempunyai andil dalam keroncong
untuk Langgam Jawa beserta [[Waldjinah99 (Solo), sedangkan R. Pirngadie (Jakarta) untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung Kidul, Yogyakarta) untuk
Campursari dan Koes Plus (Solo/Jakarta) untuk Keroncong Rock,
serta Didi Kempot (Solo) untuk Congdut.
1.10.Fado,
Gereja Protestan dan Musik Keroncong
Seperti diketahui bahwa Musik Keroncong masuk ke Indonesia sekitar tahun
1512, yaitu pada waktu Ekspedisi
Portugis pimpinan Alfonso de Albuquerque datang ke Malaka dan Maluku tahun 1512. Tentu saja para pelaut
Portugis membawa lagu jenis Fado, yaitu lagu
rakyat Portugis bernada Arab (tangga nada minor, karena orang Moor Arab pernah menjajah Portugis/Spanyol tahun
711 - 1492. Lagu jenis Fado masih ada di Amerika Latin (bekas jajahan Spanyol),
seperti yang dinyanyikan Trio Los Panchos atau Los
Paraguayos, atau juga lagu di Sumatera
Barat (budaya Arab)
seperti Ayam Den Lapeh.
Pada waktu tawanan Portugis dan budak asal Goa (India) di Kampung Tugu
dibebaskan pada tahun 1661 oleh Pemerintah Hindia Belanda (VOC), mereka
diharuskan pindah agama dari Katholik menjadi Protestan, sehingga kebiasaan
menyanyikan lagu Fado menjadi harus bernyanyi seperti dalam Gereja Protestan,
yang pada tangga nada mayor.
Selanjutnya pada tahun 1880 Musik Keroncong lahir, dan awal ini
Musik Keroncong juga dipengaruhi lagu Hawai yang dalam tangga nada mayor, yang
juga berkembang pesat di Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong (lihat
Musik Suku Ambon atau The
Hawaian Seniors pimpinan Jenderal Polisi Hugeng)
Penutup
5.3.
Kesimpulan
Banyak sekali keunikan dan keindahan dari musik
keroncong. Itu saja baru musik keroncong, bagaimana dengan musik unisono yang
lain. Tidak terbayang ya betapa banyak keunikan dan keindahan dari musik
unisono.
5.4.
Penutup
Sekian makalah dari
kelompok kami, jika ada kurang lebihnya kami minta maaf yang sebesar-besarnya.
Karena bagaimanapun juga manusia tidak pernah luput dari perbuatan salah. Oleh
karena itu, mohon maklum dan mohonSekarang gimana, sudah mengerti tentang musik keroncong modern...
terus jangan lupa kunjungi bloggerku yang lain ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar